Tulang belakang kita ini terdiri dari jaringan lunak, seperti otot, ligamen, saraf, dan 33 tulang belakang yang menumpuk di atas satu sama lain. Tulang belakang terlihat lurus jika dilihat dari belakang. Namun, tulang belakang memiliki lekukan alami berbentuk S yang muncul di beberapa bagian yang berbeda, yaitu di leher (servikal), dada (toraks), dan pinggang (lumbal).
Skoliosis terjadi ketika ada lekukan tidak wajar ke arah samping pada tulang belakang. Lekukan ke samping ini membuat tulang belakang memiliki lekukan berbentuk S atau C dan dapat terjadi di bagian tulang belakang mana pun sehingga dapat menimbulkan berbagai jenis skoliosis. Jenis-jenis tersebut, meliputi:
Skoliosis toraks: ditandai dengan lekukan berbentuk C di bagian tengah tulang belakang.
Skoliosis lumbal: ditandai dengan lekukan abnormal di bagian bawah tulang belakang.
Skoliosis torakolumbar: ditandai dengan lekukan abnormal di persimpangan antara punggung tengah (toraks) dan bawah (lumbal).
Skoliosis kombinasi: ditandai dengan lekukan abnormal di bagian tengah dan bawah tulang belakang.
Apa saja penyebabnya?
Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi ini, di antaranya:
Skoliosis idiopatik: jenis skoliosis yang paling sering terjadi dengan penyebab yang tidak diketahui. Biasanya, jenis ini menyerang anak-anak yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu anak di bawah usia 3 tahun (skoliosis infantile), anak antara usia 3 dan 10 tahun (skoliosis juvenile), dan anak di atas usia 10 tahun (skoliosis adolescent).
Skoliosis kongenital: skoliosis kongenital berarti seseorang lahir dengan kondisi ini ketika tulang belakang tidak terbentuk dengan sempurna sebelum lahir.
Skoliosis neuromuskular: jenis nomor dua yang paling sering terjadi, skoliosis neuromuskular disebabkan oleh masalah pada saraf atau otot yang menopang tulang belakang. Kondisi lain, seperti cerebral palsy dan distrofi otot diketahui dapat menyebabkan hal ini.
Skoliosis degeneratif: juga dikenal sebagai skoliosis onset dewasa, skoliosis degeneratif disebabkan oleh degenerasi diskus atau arthritis pada sendi tulang belakang dan cenderung akan muncul di kemudian hari.
Apa saja gejala Skoliosis?
Tanda-tanda kondisi ini seringkali bisa terlihat, bahkan pada masa kanak-kanak sekalipun. Gejalanya meliputi:
Lekukan abnormal pada tulang belakang yang menyerupai huruf "S" atau "C"
Postur tubuh yang melengkung atau condong ke satu sisi saat dilihat dari depan atau belakang
Bahu yang tidak sejajar
Garis pinggang yang miring
Payudara yang tidak sejajar, dengan satu sisi tampak lebih tinggi (pada wanita)
Kepala tidak sejajar dengan panggul
Salah satu pinggul lebih tinggi dari yang lain
Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala di atas, sebaiknya segera buat janji temu dengan Chou Neuroscience Clinic sekarang juga.
Apakah Skoliosis menyakitkan?
Tergantung tingkat keparahannya, kondisi lekukan tulang ini dapat menyebabkan rasa sakit pada beberapa orang. Lekukan abnormal pada tulang belakang dapat menyebabkan tulang rusuk miring dan menyimpang dari posisi yang semestinya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan pada otot punggung, sehingga mengakibatkan nyeri.
Siapa yang berisiko mengidap Skoliosis di Singapura?
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena skoliosis; di antaranya:
Jenis kelamin: lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Usia: gejala cenderung akan muncul selama periode pubertas, antara usia 10 hingga 18 tahun.
Genetik: riwayat keluarga dengan skoliosis dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi ini.
Kondisi medis: kondisi medis tertentu, seperti spina bifida, cerebral palsy, distrofi otot, dan atrofi otot tulang belakang, dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini.
Diagnosis terhadap kondisi ini dilakukan dengan cara berikut ini:
Pemeriksaan fisik: langkah pertama diagnosis adalah pemeriksaan fisik dan pengukuran derajat lekukan tulang belakang akibat skoliosis. Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan Adam’s forward bend test, di mana individu diminta untuk membungkuk ke depan dari pinggang dengan kedua lengan rileks di samping badan.
Pemeriksaan neurologis: pemeriksaan neurologis bertujuan untuk memeriksa kelemahan pada otot atau saraf dan reflek tubuh.
Pemeriksaan pencitraan: tes pencitraan, seperti rontgen, magnetic resonance imaging (MRI scan), dan ultrasonografi (USG), akan dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat keparahan lekukan tulang belakang. Sudut Cobb diukur dari gambar rontgen tulang belakang untuk menentukan tingkat keparahan lekukan tulang.
Apa saja pilihan pengobatan untuk Skoliosis?
Di Singapura, pilihan pengobatannya ada beberapa, yaitu:
Observasi: jika kurva lekukan kurang dari 25 derajat, kondisi tulang akan dipantau secara teratur dengan pemeriksaan dan rontgen. Kurva lekukan di atas 25 derajat pada anak dalam masa pertumbuhan akan memerlukan penanganan, seringkali menggunakan penyangga tulang belakang.
Penggunaan penyangga: dipakai untuk mencegah lekukan menjadi lebih buruk, terutama pada anak dalam masa pertumbuhan dengan kurva lekukan yang progresif. Penyangga tidak mengurangi kelengkungan yang ada. Pembedahan menjadi pilihan jika sudut kelengkungannya besar.
Operasi: akan direkomendasikan bagi anak dengan kurva lekukan di atas 40 hingga 50 derajat, tanpa memandang usia. Menganggap bahwa skoliosis berhenti berkembang setelah kerangka tubuh matang adalah sebuah kesalahpahaman.
Operasi modern biasanya melibatkan fusi spinal (penggabungan ruas tulang belakang) dengan bahan khusus untuk meluruskan tulang belakang. Dalam kasus yang tepat, teknik minimal invasif akan digunakan. Pasca operasi, pasien dapat menjalani hidup sehari-hari, tetapi harus berhati-hati dengan aktivitas fisik yang mengawalinya.
Dukungan konseling akan ditawarkan kepada pasien yang mengalami masalah harga diri akibat penyakit ini.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Seberapa besar prevalensi skoliosis?
Skoliosis dapat menyerang anak-anak, dengan kasus skoliosis pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki (7:1). Di Singapura, kemunculan skoliosis idiopatik adolescent pada anak perempuan usia sekolah antara usia 11 dan 12 tahun mencapai 1,4% dan meningkat menjadi 2,2% pada usia 13 sampai 14 tahun. Seiring bertambahnya usia anak, kemungkinan untuk terkena penyakit ini juga meningkat.
Bisakah saya hidup secara normal dengan skoliosis?
Penderita kondisi ini biasanya dapat menjalani hidup secara normal dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas, termasuk olahraga dan latihan fisik. Kondisi ini seringkali tidak menyebabkan rasa tidak nyaman yang berarti atau masalah kesehatan lainnya dan cenderung stabil setelah periode pertumbuhan seseorang selesai. Namun, jika kondisi semakin parah, konsultasikanlah dengan dokter.
Apa yang akan terjadi jika skoliosis tidak ditangani?
Jika tidak ditangani, skoliosis sedang hingga berat dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kelainan bentuk tulang belakang yang semakin parah, dan potensi komplikasi yang memengaruhi jantung serta paru-paru.
Apa yang harus saya siapkan sebelum menjalani operasi skoliosis?
Lakukan perubahan gaya hidup: berhenti merokok dan berolahraga sesuai kemampuan untuk mempercepat pemulihan. Konsultasi dengan ahli: dokter spesialis bedah saraf dapat membantu Anda melewati proses persiapan, yang mencakup proses mendapatkan izin medis dari dokter perawatan primer. Menjalani pemeriksaan yang dibutuhkan: dokter spesialis bedah saraf akan melakukan berbagai pemeriksaan, bergantung pada kondisi medis Anda, termasuk:
Rontgen dari berbagai sudut
Magnetic resonance imaging (MRI scan) untuk memvisualisasikan diskus lumbar
Myelogram dan computed tomography scans (CT scans) untuk memeriksa saraf, sumsum tulang belakang, dan tulang
Ultrasonografi ginjal untuk memeriksa fungsi ginjal
Ekokardiogram pada kasus tertentu untuk memeriksa kesehatan jantung